Wednesday, December 10, 2008

Tentang Bandungan



Kemarin ini (30/11) memang di- planning buat jalan-jalan sama Mas Moko dan Mbak Endah ke Bandungan. Berangkatnya udah agak sore, sekitar jam 14.30. Hasrat jalan-jalanku kesampaian lagi, oh, asyiknya.

Aku dah deg-deg-an, takutnya acara jalan bakalan gagal lagi, hiks. Soalnya aku dah panik, rencana awal yang mau ke kampung Cina terpaksa ditunda, huhu. Padahal aku dah membayangkan pose-pose foto sekaligus dress code-nya, opo to yo, kok aku kayaknya heboh banget. Haha. Meski berubah , aku tetep excited. Lagi pula ini kan perjalanan ke tempat yang baru. Kata sepupu, Bandungan itu daerah yang dingin. Kabar baiknya ada sate kelinci yang bakal bisa dicicipin.

Ternyata, jalan ke Bandungan kelak-kelok, kanan kiri banyak jurang, luar dalam mirip sama Kopeng-lah. Banyak sayuran fresh yang dijual di pasar. Sayang kita gak sempat mampir buat beli, karena tujuannya langsung ke Candi Songo.

Untuk sampai ke tiap-tiap titik candi, jalannya menanjak. Buat alternatif orang yang males, ada penyewaan kuda yang bisa antar sampai puncak. Hehe. Waktu kita di sana gak banyak, karena sepupuku ada acara lain. Hu uh, sedih deh.

Aku cuma bisa lihat candi ke dua aja, gak ada apa-apanya donk, kan totalnya ada sembilan candi. Kabarnya candi yang bisa ditemukan tinggal lima aja, yang empat dah gak diketahui riwayatnya. Kelihatannya mistis kan, padahal gak juga. Aku sempat dapat info, candi-candi ‘ilang’ itu mungkin udah tertimbun karena gempa. Ternyata beberapa candi udah rata sama tanah, gak mbentuk lagi, parah deh.

Aku agak sanksi juga sih, masalahnya kesan pertama lihat, peninggalan seperti candi dan penataan tenda para penjual di tempat wisata gak terlalu diperhatikan sama pemerintah. Males banget ya, seolah orang-orang di sana cuma sekedar manfaatin yang udah ada, nggak mau usaha lagi untuk meningkatkan kualitas obyek yang lebih baik. Hm, tau gak, tiket masuk per orang Rp.6000,-. Murah ya. Nah kalau turis manca, bisa sampai Rp.25.000,-. Sial, kesannya aji mumpung banget sih, grrr. Lah, apa yang bakal diandalin buat daya tarik suatu saat nanti, kalau beberapa tahun ke depan semua candi udah lenyap?

Promosinya, di puncak pendakian bakalan ada air panas yang mengandung belerang. Sayang banget gak sampai sana, buat buktikan sebagus apa tempat itu. Kalau ada waktu gak usah naik kuda deh, jalan aja, walau capek pastinya. Kan sekalian foto-foto. Hehe.

Akhirnya di sana kita makan sate kelinci, uenak tante! Ya udahlah, walaupun gak lama di sana, cukup terobati makan sate enak, siplah! Hujan turun kecil-kecil, beruntunglah gak jadi deras, rusak donk acara jalannya. Kabutnya mulai tebal, udaranya juga tambah dingin, kata si mbak penjual sate, biasanya lebih dingin dari sekarang, brrr. Gak terasa saatnya harus pulang. Semoga bisa datang lagi dan aku bisa daki sampai akhir. Suatu saat aku datang lagi, aku harap tempat itu udah dikelola jadi lebih cantik.

No comments: