Thursday, September 3, 2009

Where Rainbows End



Caranya bertutur berbeda dari novel kebanyakan. Pembaca seolah-olah bisa ngintip history chatting, surat, dan kartu ucapan si tokoh utama, Rosie Dunne dengan orang-orang sekitarnya. Ya sahabat, orang tua, saudara.

Alurnya agak lambat, tapi wajar kok, soalnya pengarang memaparkan kisah hidupnya dari anak-anak sampai berkembang dewasa. Kadang-kadang gregetan juga sama Rosie dan Alex. Pembaca bakal tau, mereka saling cinta, saling sayang, tapi gak mau jujur satu sama lain. Duh.

Pengarang novel ini Cecelia Ahern, pengarang novel P.S I Love U yang udah dulu booming, dan dibikin filmnya. Cecelia emang ahlinya romantis lah, jalinan kisah hidup tokoh-tokohnya bikin bercermin sama diri sendiri deh, coz tingkah lakunya gak dibuat-buat ala sinetron. Hehe. Mungkin gak ya dibikin filmnya, kan unik tu. Gak ada yang gak mungkin, kan emang lagi jamannya angkat novel jadi film kayak yang sudah-sudah.

Buat yang suka romance, highly recommended deh.

Tuesday, September 1, 2009

Cup Café

Aku jadi temen dulu di FB baru datangin tempatnya. Hehe. Tak kenal maka tak sayang kan. Letaknya gampang dicari kok. Daerah Gayam. Tempatnya imut, tapi gampang dikenali dengan ikon cangkirnya.

Baru sekali ke sana langsung coba: chicken cubes with mayonnaise (irisan ayam bentuk dadu yang di celup sama moyones), strawberry pancake, dan kopi susu. Ayamnya enak, pancake porsinya sedang, tapi adonan telurnya kerasa banget. Jadi cepet kenyang. Warning: ini porsinya relatif kecil loh ya…

Monday, August 31, 2009

Ambarawa: Sisi Lain


Apa yang kamu pikirkan pertama kali selintas tentang Ambarawa? Museum kereta? Yup, kalau itu udah pasti. Pokoknya kalau ke sana, jangan sampai ketinggalan buat kunjungi museum kereta.


Ternyata gak cuma kereta dan palagan Ambarawa disana. Patut diingat: udaranya dingin dan anginnya kenceng pas malem. Brrr! Sialnya pas aku datang ke sana, selimutku yang setia menemaniku di tiap malam itu gak aku bawa.. Huhu, nasib. Kata orang asli sana itu pengaruh letak Ambarawa yang deket gunung. Hmm, pantesan.


Apa lagi yang bisa dikunjungi? Kalau mau wisata religi datang aja ke Gua Maria Kerep. Selain berdoa, kamu bisa dapetin view yang bagus buat foto-foto. Hehe. Ssst, tempat ini juga bagus buat wedding party loh. Berbagai sovenis bisa kamu beli buat oleh-oleh: rosario, salib… Bikin bingung mau pilih yang mana, abis semuanya bagus sih!


Selama di Ambarawa, aku sempat nyicipan soto. Letaknya dekat gedung pemuda. Komentar: encer. Begitu pula sama teh angetnya: bening. Ada nasi rames di daerah terminal. Murah kok. Ada angkringan yang bersahabat sama kondisi kantong kita (namanya juga angkringan, di Jogja juga gitu kok, hehe). Ada mireng, mie rebus, dan nasi goreng. Ada sate yang cuma buka pas malem aja. Highly recommended. Enak sih. Letak makanan-makanan ini gak jauh-jauh sama hotel Tentrem. Ada rumah makan padang juga sih, tapi letaknya deket pasar, dan harus naek angkot.


Soal hotel-hotel seputar Ambarawa, ehem, jangan membayangkan kelas hotel bintang tiga yah, pokoknya have fun ajalah. Huahaha. Kalau belanja di Swalayan Laris aja. Pokoknya komplit! Kalau di Jogja, Laris itu justru tempat warung makan yang terkenal sama pudingnya. Hihi. Gak bawa motor? Jangan kuatir deh. Transportasi di sana gampang kok. Kalo pake angkot Rp. 2000,- sekali jalan. Kalau sekalian mau ke Semarang, Rp. 5000, - sekali jalan.


Pokoknya silahkan coba! Asiiik.

Sunday, August 30, 2009

I’d Tell You I Love You, But Then I ‘d Have to Kill You: TeenLit


Hh, judulnya emang gak ear catching, hehe. Ceritanya gak rumit kok. Pembahasan gak akan jauh-jauh dari Akademi Gallager, sekolah putri khusus untuk mendidik mata-mata, spesialnya tentang percintaan Cammie Morgan, si tokoh utama.


Sekolah tambah seru dengan kedatangan si cewek anak senator yang sombong banget. Gawatnya, cewek satu itu tau waktu Cam naksir seorang cowok. Berhubung Cammie gak terlalu ahli dalam urusan cinta, dia harus pinter-pinter gunain kemampuan mata-mata untuk menyelidiki cowok itu dibantu sahabat-sahabatnya: Liz dan Bex.


Ceritanya remaja banget deh. Pas juga buat adek-adek kita yang sekolah di SMP ato SMA. Hehe.

Friday, April 24, 2009

Knowing: Entah Science Fiction atau Fantasi

Aku bukan penggemar Nicholas Cage. Nonton film ini pun karma terpikat resensinya. Ceritanya si Nicho ini (wualah, sok kenal sok dekat), adalah single parent beranak satu, nama anaknya Caleb. Istrinya meninggal karna kecelakaan.

Suatu saat si Caleb menghadiri upacara kelulusan di sekolahnya. Masing-masing murid akan mendapat pesan yang tersimpan dalan kapsul waktu. Kapsul itu dibuka di depan semua murid saat itu. Caleb terima kertas yang berisi deretan angka.

Gak nyangka, Caleb justru bawa kertas tadi ke rumah. Si bapak walau awalnya marah, jadi malah penasaran dan berusaha tafsirkan deretan angka tadi. Entah saking pinternya atau takdir, dia bisa memecahkan angka tersebut.

Hasilnya hebat banget, angka itu bisa prediksikan kejadian masa depan: waktu terjadi, titik koordinat tempat dan orang yang terlibat di dalamnya. Cuma semua kejadian yang dimaksud adalah kecelakaan.

Begitulah, lama-lama Caleb dan ayahnya terus terhubung dengan kejadian seputar kertas itu. Si Nicho, bisa membuktikan sendiri bahwa prediksi angka itu tepat.

Adegan kecelakaan di film ini emang kuakui kereeeeeeeen. Wow pokoknya. Cuma ending film cerita justru bikin kesal. Awalnya emang film yang menampilkan ketegangan dan misteri, kok penyelesaiannya malah kayak film fantasi?

Intinya dunia terancam musnah akibat letupan gas matahari. Bagus kan? Aku jadi bengong waktu ada ‘UFO’ yang jadi penyelamat orang-orang terpilih. Hm, mana ada kejadian alam yang bisa di cegah? Gak konsisten deh ceritanya.

Ini sekedar opini sih. Mungkin si pembuat cerita juga pingin menampilkan akhir yang ada happy ending-nya gitu. Menurut pengamatanku malah wagu (alias aneh/ gak cucok). Silahkan nonton sendiri deh… dan bikin ending sendiri. Hehehe.

Under The Tree

Aku sempat excited waktu dengar Under The Tree di putar di 21 Yogya. Jarang, ada film gak berbau komersil yang tembus kesana. Makanya waktu jam datang aku masih dapet tiket, agak gak heran, gak banyak orang tertarik dengan film yang tampak luar aja udah ‘berat’. Aku dah bisa prediksi berdasar beberapa resensi di media. Keinginan nonton tamabh kuat. Soalnya film ini berjaya mendapat beberapa penghargaan.


Film ini bercerita tentang tiga wanita, (Marcela Zalianti) yang berkonflik dengan ibunya, (Nadia Saphira) anak pejabat kaya raya, dan wanita (lupa nama artisnya) yang dihadapkan dengan kelainan pada janinnya. Semuanya bersetting di Bali. Jadi sepanjang durasi film, akan disuguhkan banyak prosesi adapt Bali, kesehariannya, tingkah lakunya, bahasa Bali pun banyak diselipkan dalam percakapan, terutama oleh para penduduk Bali. Para figuran film termasuk para penari memang orang Bali tulen, penarinya saja legendaris. Begitulah info yang kudapat. Dilihat orang awam sih, acting Ayu Laksmi memang mengagumkan, gak salah kalau dia dapat penghargaan pemeran wanita terbaik di FFI.


Inti cerita yang bisa kutangkap sih seputar itu, masalahnya ada banyak lubang kosong (walah) buat memahami cerita secara keseluruhan. Banyak pertanyaan yang harus kutanya ke Mas garin, hoho.

Sejak film mulai diputar aku bengong, studio film garapan Garin Nugroho ini sepi banget! Dengan perhitungan kilat (belum tentu akurat, hehe) penonton yang hadir gak lebih dari 20 orang. Selama pemutaran beberapa ladies keluar masuk studio, gol-nya mereka hengkang beneran dari studio. Aksi ini diikuti serombongan muda-mudi lain. Gerah mungkin, coz filmya mikir. Haha. berasa nonton privat edition deh.


Atau memang ada penonton yang bisa memberikan pencerahan soal film ini?



Smart Haier

Wah ini lah solusi hemat buat orang pingin ngenet. Dengan budget Rp. 189.500,- udah dapet modem berbasis kecepatan 3G. Selama ini aku pake ngenet secara cuma-cuma, asal hapenya ada pulsanya, hehe.


Testimony singkatnya: untuk penggunaan di rumahku yang ada di Pilahan, Gedong Kuning, aksesnya susah banget. Kalo mau usaha ya harus ngenet di pagi buta. Kalo pas sore atau maleman dikit bisa lancar tuh beruntung banget, hiks. Untuk pemakaian kawasan Tambak Bayan, aksesnya jauh lebih cepet dari rumahku. Gak terlalu menderita deh cari sinyal. Gitu juga waktu tak coba di kantor, kawasan Timoho, is better.


Kalau dibandingkan sama Telkom Flash ya kalah cepet. Tapi waktu si Smart ini kuboyong ke Jakarta dan kupake disana, sangat memuaskan kok. Kecepatannya mungkin jadi 3x di banding di Jogja. Cowokku sih bilang hal yang sama tentang penggunaan Smart ini. “Mungkin orang di Jakarta yang berhemat cuma sedikit”, katanya berseloroh.


Nilai plus yang lain sih modemnya bisa sekalian buat teleponan, SMS-an juga. Kan bentuknya hape. Haha. Juz have fun. Men-download lagu? Belum pernah kulakukan. Gaaaaa, bikin emosi duluan si.


Tersedia dalam tiga warna ni: putih, hitam dan merah